Kepri.Batam.Ovumnews.com–Terkait Masalah Pulau Rempang Pengamat Politik Nilai Rudi Cs Terancam Kehilangan Suara Melayu di 2024-
Kepri.Batam.Ovumnews.com–Terkait Rencana pengembangan Pulau Rempang, Kecamatan Galang, Kota Batam, masih bergejolak. Masyarakat Melayu tempatan menolak direlokasi dari kampung yang sudah mereka diami secara turun-temurun.
Sejumlah polemik bermunculan sejak pemerintah merencanakan akan membuat pabrik kaca terbesar kedua di dunia melalui investor PT Makmur Elok Graha (MEG) di Pulau Rempabg Mulai dari polemik sosial adat masyarakat setempat hingga polemik teritorial di Rampang-Galang, terus memanas. Dari penolakan warga tempatan yang disampaikan melalui wakil rakyat, hingga penghadangan warga terhadap pemerintah yang akan berkunjung ke sana..
Teranyar, Rabu (23/8/2023), ribuan warga dari 16 titik kampung tua di kawasan tersebut turun melakukan aksi demonstrasi di Kantor BP Batam. Tidak sampai di situ, dukungan moral dari masyarakat Melayu dari berbagai penjuru terus berdatangan.
Bahkan, masyarakat dari pulau yang terkenal sebagai pulau yang sangat bersejarah bagi Provinsi Kepri dan Indonesia secara luas yakni Pulau Penyengat, turut berdatangan untuk memberikan dukungan moral sebagai masyarakat adat Melayu.
“Tanah Melayu adalah tanah adat. Ini kampung kami, sebelum ada BP Batam, nenek moyang kami sudah di sini. Melayu tidak pernah membuat onar. Tetapi kalau tanah kami digusur, maka kami akan melawan,” ujar salah satu orator massa pengunjuk rasa di Kantor BP Batam, yang diketahui berasar dari Pulau Penyengat, Tanjungpinang.
Dari sengkarut lahan di Rempang-Galang, yang bakal dijadikan daerah investasi oleh Pemerintah Pusat, berpengaruh kepada Kepala Daerah. Muhammad Rudi, selaku Wali Kota dan Kepala BP Batam, sepertinya pusing tujuh keliling akibat berbagai polemik itu.
Belum selesainya masalah itu, bahkan beredar informasi masyarakat yang melakukan aksi di Kantor BP Batam akan melakukan aksi susulan yang lebih besar lagi. Hal itu dikarenakan belum terakomodirnya tuntutan mereka.
Berangkat dari situasi itu, kini Muhammad Rudi terancam kehilangan suara dari masyarakat Melayu di Kota Batam, bahkan Provinsi Kepri, jika Rudi maju jadi Calon Gubernur Kepri tahun 2024 mendatang. Tentunya, hal itu terjadi akibat wacana relokasi warga Rempang dari tanah leluhur mereka.
Pengamat Politik di Kepri, yang juga Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau Kepulauan (UNRIKA), Ramayandi, menyebutkan situasi politik Rudi kini kian rumit. Menurutnya, dari kejadian itu, sekarang ini elektabilitas Rudi diyakini menurun.
Penolakan dari masyarakat Melayu tempatan yang enggan direlokasi, dengan adanya proyek Pemerintah Pusat itu akan merugikan Rudi dari segi politik. Ditambah lagi, upaya penggusuran itu sangat menyentuh ‘Marwah Masyarakat Melayu’.
Upaya relokasi demi investasi tersebut sangat bertentangan dengan masyarakat setempat. Tidak hanya menyentuh masyarakat Rempang, akan tetapi, akan berdampak luas pada masyarakat Melayu di Provinsi Kepri. Melayu Batam dan Kepri merasa terganggu.
“Bukan hanya Rempang-Galang sebenarnya, masyarakat Melayu merasa terganggu dengan adanya upaya merelokasi warga kampung tua, Rudi dianggap mengusik identitas orang Melayu,” ungkap Ramayandi, Kamis (24/8/2023).
Tak hanya Rudi, dari sisi politik, itu juga akan berpengaruh terhadap ‘orang-orang’ Rudi. Diketahui, beberapa orang keluarganya juga ikut kontestasi politik di 2024 mendatang. Di antaranya ada sang istri, Marlin Agustina yang bakal maju sebagai Calon Wali Kota Batam dan anaknya Randi Zulmariadi yang maju ke Senayan.
“Hal-hal yang berkaitan dengan Rudi pasti berpengaruh terhadap politiknya masing-masing. Perlu kita ketahui, orang Melayu ini sistem kekeluargaannya sangat kuat. Satu yang tersentuh, ya, tersentuh semua. Hanya saja akses mereka untuk menyuarakan haknya terbatas,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ramayandi menjelaskan, dengan adanya gejolak tersebut, pastinya kerugian politik sangat besar. Tidak hanya pada masyarakat Melayu, akan tetapi terhadap masyarakat yang berpikir rasional juga akan memiliki pengaruh besar, bila berbicara pada kontestasi politik 2024 mendatang.
Dalam situasi seperti ini, pada sisi politik, pasti ada pihak yang diuntungkan, dan ada yang akan berdiri dan membela masyarakat Melayu. Tergantung bagaimana lawan politik memainkan gejolak ini.
Disinggung terkait peran Gubernur Ansar Ahmad dalam situasi ini, menurutnya, peran Ansar dalam memanfaatkan momentum juga harus berhati-hati.
“Rudi dan Ansar akan bertarung di Pilgub 2024 nanti. Dalam kondisi saat ini, Ansar harus pandai-pandai menempatkan diri, jangan terlalu los seperti Rudi. Nanti kena juga seperti Rudi, biar pun pada dasarnya Ansar pastinya terimbas juga,” ucapnya.
“Harus pandai-pandai menempatkan diri di situasi saat ini. Dari segi jabatannya pasti kena karena dia Gubernur,” sambungnya.
Namun, berbeda dengan Amsakar Achmad, Ramayandi menambahkan, Wakil Wali Kota Batam itu, bahkan punya kans meningkatkan elektabilitas untuk maju sebagai Wali Kota Batam di 2024. Pasalnya, ada isu retaknya hubungan Rudi dan Amsakar yang berdampak pada keduanya.
“Bila orang nomor dua di Batam ini pandai memanfaatkan momen, justru dia yang diuntungkan saat ini. Isu sebelumnya sudah ada. Rudi dan Amsakar berseberangan. Kalau dia pandai memainkan momen ini, bisa saja dia berada di sisi orang Melayu dan itu menguntungkan Amsakar dalam hal politik,” pungkas Ramayandi. Tim